Jumat, 11 Desember 2015

ALAT MUSIK TRADISIONAL NIAS

Seni musik tampaknya sudah melekat dalam jiwa masyarakat Nias sejak dulu. Kecintaan akan seni musik diwujudkan dalam pembuatan alat musik yang sederhana, tetapi mampu memproduksi suara yang indah. Alat musik yang dibuat dengan memanfaatkan bahan di sekitar ini, memang nyaris tidak dipergunakan lagi kecuali untuk acara tertentu. Setidaknya hanya aramba (gong), faritia (canang) dan g�ndra (bedug) saja yang masih setia dipergunakan dalam keseharian masyarakat terutama pada pesta pernikahan.

Untuk menyegarkan ingatan sekaligus memperkenalkan alat musik tradisional Nias kepada generasi muda, inilah beberapa alat musik tradisional khas Nias diklasifikasikan berdasarkan cara memainkannya. Keseluruhan alat musik ini dijelaskan, diajarkan dan dipertunjukkan oleh tim kesenian Museum Pusaka Nias pada pelatihan yang dilaksanakan untuk memperingati HUT Museum Pusaka Nias ke 19, November 2014 lalu.

Alat musik pukul

Koko (pentungan) merupakan jenis alat musik paling sederhana. Terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi antara 30 hingga 50 cm dan berdiameter antara 30 hingga 40 cm. Bagian tengahnya dilubangi hingga menyisakan dua atau tiga sentimeter di seluruh sisinya. Awalnya, koko berfungsi sebagai alat komunikasi antar penduduk untuk berkumpul saat ada pertemuan desa atau saat terjadi kemalangan. Namun, kini koko juga difungsikan sebagai alat musik pengiring. Cara memainkannya yakni dipukul menggunakan kayu berdiameter 5 cm dengan panjang yang disesuaikan dengan ukuran kokonya.

Di daerah Pulau Tello, alat musik sejenis ini disebut dauli-dauli. Cara memainkannya hampir sama tetapi bila koko dimainkan secara horizontal maka dauli-dauli dimainkan secara vertikal. Ukurannya juga jauh lebih besar dari koko serta diberikan ukiran dan warna yang menarik.

Doli-doli merupakan versi mini dari alat musik tradisional kolintang di Sulawesi. Terbuat dari beberapa kayu tipis yang disusun berjajar. Kayu yang digunakan seperti sirugi, git�, boli, olalu, na�a, dan la�ore. Doli-doli ada yang hanya disusun begitu saja namun ada pula yang sudah diberi penyangga.

Alat musik fondrahi koleksi Museum Pusaka Nias | Foto: NBC/Anoverlis Hulu
Alat musik fondrahi koleksi Museum Pusaka Nias | Foto: NBC/Anoverlis Hulu

Tutuhao mungkin termasuk alat musik yang unik. Bagaimana tidak jika dari seruas bambu bisa menghasilkan tiga suara yang berbeda, aramba, faritia, dan g�ndra. Suara aramba dihasillkan dari sisi atas bambu yang telah dilubangi, suara faritia dan g�ndra dihasilkan dari senar yang terbuat dari sayatan kulit bambu. Alat musik yang satu ini seperti perpaduan antara alat musik Genggong dari Kabupaten Subang, Jawa Barat dan Celempung dari Sunda.

Fondrahi adalah sejenis gendang kecil yang terbuat dari batang pohon nibung. Alat musik ini dulunya haya dipakai oleh para imam agama kuno Nias �Ere� saat melakukan ritual persembahan kepada dewa-dewa dan roh-roh. Cara memainkannya pun hanya dipukul satu persatu secara perlahan. Namun saat berfungsi sebagai alat musik, fondrahi dimainkan dengan cepat dan juga bisa menggunakan lebih dari satu buah fondrahi.

Duri ahe adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Cara memainkannya juga unik, dipukulkan ke lutut atau tulang paha. Duri ahe terdiri atas nada rendah dan tinggi. Bisa dimainkan secara tunggal, bisa juga dimainkan sekaligus. Selain itu, adapula alat musik yang setara fungsinya dengan duri ahe yakni riti-riti. Namun riti-riti dimainkan dengan cara diguncang. Riti-riti terbuat dari tempurung kelapa yang diisi dengan batu. Riti-riti jauh lebih popular ketimbang duri ahe.

Alat Musik Gesek
Raba, alat musik gesek sejenis rebab tapi ukurannya lebih kecil. Badan raba terbuat dari tempurung kelapa. Posisi memainkannya bisa seperti biola (horizontal) atau bass (vertikal). Raba hanya terdiri dari satu senar.

Lagia, alat musik yang hampir sama dengan rebab tapi ukurannya lebih besar. Lagia juga hanya memiliki satu senar dan dimainkan dengan posisi vertikal. Badan lagia terbuat dari pohon nibung. Menurut cerita, alat musik ini diciptakan oleh seorang laki-laki bernama Ba�uruna. Ia seorang penderita kusta yang diusir dari kampungnya. Untuk menghibur diri, ia membuat lagia lalu memainkannya.

Diiringi lagia, Ba�uruna menyanyikan lagu yang menceritakan kesedihannya atas apa yang menimpanya. Nyanyian ini lantas terdengar oleh warga kampung sehingga timbullah rasa iba kepadanya. Karena itulah, ia kemudian diterima kembali ke kampungnya. Sejak saat itu, lagia buatan Ba�uruna selalu digunakan saat ada kemalangan terjadi di kampung tersebut, misalnya kematian.

Alat musik petik

Alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik ini adalah duri mbewe. Bentuknya seperti gunting kecil, terbuat dari besi dan diberi kawat. Cara memainkannya adalah dengan menempatkannya diantara bibir menggunakan tangan kiri, lalu jari telunjuk kanan yang memetik kawat pada alat musik tersebut. Hanya satu nada saja yang dihasilkan.

IMG-20150129-WA0009
Alat musik fondrahi koleksi Museum Pusaka Nias | Foto: NBC/Anoverlis Hulu

Sementara itu, alat musik seperti surune/surugi (seruling), tambur dan okulele juga sudah masuk sebagai alat musik yang umum digunakan meskipun bukan asli Nias.

Satu lagi alat musik yang pernah dimainkan budayawan dan seniman Nias Selatan, Hikayat Mana� adalah feta batu. Feta batu adalah alat musik yang terbuat dari batu. Di Nias, alat musik ini pertama kali diperkenalkan Hikayat Mana� yang mengetahui bahwa batu tertentu dapat menghasilkan nada yang beraturan. Feta batu pernah ditampilkan pada gelar budaya yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan.

Pertunjukan alat musik tradisional khas Nias ini memang sangat dinantikan kehadirannya. Untuk itu, sudah saatnya alat musik ini diperkenalkan sebagai kekayaan budaya Nias terutama dalam bidang seni Musik. Bersyukur, pada Pagelaran Budaya yang dilaksanakan Pemerintah Kota Gunungsitoli November 2014 lalu juga menampilkan beberapa di antaranya. Dan yang cukup membanggakan adalah pemainnnya sebagian besar generasi muda.

Tentunya, ini harus diteruskan mengingat minat terhadap musik tradisional ini hanya sebatas para peminat budaya seperti mereka yang terlibat dalam sanggar. Minimnya fasilitas serta tenaga pengajar memang menjadi kendala pelestarian alat musik ini. Para guru dari beberapa sekolah yang mengikuti pelatihan ini juga menyampaikan harapannya agar Museum Pusaka Nias bisa memfasilitasi sekolah-sekolah yang berminat belajar lebih jauh tentang alat-alat musik tradisional Nias ini. Terlebih di Gunungsitoli, dalam kurikulum pelajaran telah disertakan mata pelajaran muatan lokal yang bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan alat-alat musik ini.

Selain mendorong lembaga pemerhati budaya dan lembaga pendidikan, sudah saatnya pertunjukan musik tradisional mendapat tempat khusus sehingga tidak hanya berfungsi sebagai pengiring semata. Misalnya dalam pagelaran budaya mendatang, satu sesi hendaknya disediakan khusus menampilkan ansambel ataupun permainan solo setiap alat musik ini. [ANOVERLIS HULU] http://www.nias-bangkit.com
   

 
 

PERALATAN MUSIK TRADISIONAL NIAS

Peralatan Musik
Alat musik pukul, gesek, tiup dan petik juga terdapat di Nias. Alat-alat musik tersebut dibunyikan pada saat pesta. Pada upacara kebesaran, pesta perkawinan dan kematian, Aramba (Gong), Faritia (canang) dan Göndra (gendang), Fondrahi/tutu (tambur) dibunyikan berhari-hari sebelum pesta berlangsung agar masyarakat dan desa tetangga mendengarnya. Alat musik Lagia, Ndruri, Doli-doli, dan Surune sering dibunyikan oleh masyarakat pada saat mereka sedang santai, kesepian atau sedih agar mereka dapat terhibur.
Di Nias Selatan, selain pada upacara kebesaran (Fa’ulu), pada upacara kematian seorang bangsawan yang dihormati, gong dan gendang juga dibunyikan. Sementara pada upacara pemujaan dewa-dewa, para pemuka agama kuno (Ere) selalu membunyikan Fondrahi sambil mengucapkan mantra-mantra tertentu dalam bentuk syair atau pantun (Hoho).
65

Nomor Inventaris : 03-0373
Nama / Name
Nias : Göndra
Indonesia : Gendang
English : Drum
Asal / Origin : Orahili-Ulunoyo, Nias Tengah
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
This is bitten in a big party such as wedding party, etc.
Terbuat dari batang pohon besar yang bulat yang telah dikeruk bagian dalamnya, hingga tembus sampai ke ujung sebelah. Kemudian, kedua sisinya ditutup dengan kulit kambing, diikat dengan rotan di sekeliling pinggirnya. Dipergunakan pada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb.
66


Nomor Inventaris : 03-0436
Nama / Name
Nias : Aramba
Indonesia : Gong
English : Gong
Asal / Origin : Hilimbuasi, Nias Tengah
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
This is bitten in a big party such as wedding party, etc.
Terbuat dari bahan kuningan. Dipergunakan pada saat ada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb. Tinggi 13,5 cm, tebal 0,5 cm dengan diameter 44 cm.
67

Nomor Inventaris : 03-0557
Nama / Name
Nias : Faritia
Indonesia : Canang
English : Gong
Asal / Origin : Telukdalam
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
This is bitten in a big party such as wedding party, etc.
Terbuat dari bahan kuningan. Dipergunakan pada saat ada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb. Tinggi 8,5, cm, tebal 0,4 cm dengan diameter 26 cm.
68
Nomor Inventaris : 03-2900
Nama / Name
Nias : Ndruri Mbewe
Indonesia : –
English : –
Asal / Origin : Hilizaria, Nias Tengah
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
Musical instrument
Alat musik gesek. Dibuat dari bahan logam. Panjang 15,8 cm dan lebar 2,7 cm.
69


Nomor Inventaris : 03-1448
Nama / Name
Nias : Lagia
Indonesia : –
English : –
Asal / Origin : Orahili-Ulunoyo
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
Musical instrument.
Alat musik gesek. Panjang 25,2 cm, Tinggi 96 cm, tebal 1,3 cm dengan diameter14,8 cm.

ALAT MUSIK NIAS

             Nias memiliki alat musik tradisionil yang unik umumnya berbahan utama dari bahan kayu, bambu atau batang pohon. Diantaranya, lagia, doli-doli, fondrahi, göndra (gendang), tutuhao, nduri dana, nduri mbewe dan lain-lain. Doli-doli, mirip dengan kolintang, terbuat dari kayu lokal seperti kayu nangka, boli, atau sirugi. Cara memainkan dipukul dengan kayu. Fondrahi dibuat dari batang aren atau nibung. Dulu, dipakai oleh ‘ere’ pada upacara religi kuno. Lagia, alat musik gesek yang terbuat dari batang aren dan tali dari tanaman.
          Alat musik pukul, gesek, tiup dan petik juga terdapat di Nias. Alat-alat musik tersebut dibunyikan pada saat pesta. Pada upacara kebesaran, pesta perkawinan dan kematian, Aramba (Gong), Faritia (canang) dan Göndra (gendang), Fondrahi/tutu (tambur) dibunyikan berhari-hari sebelum pesta berlangsung agar masyarakat dan desa tetangga mendengarnya. Alat musik Lagia, Ndruri, Doli-doli, dan Surune sering dibunyikan oleh masyarakat pada saat mereka sedang santai, kesepian atau sedih agar mereka dapat terhibur.

Di Nias Selatan, selain pada upacara kebesaran (Fa’ulu), pada upacara kematian seorang bangsawan yang dihormati, gong dan gendang juga dibunyikan. Sementara pada upacara pemujaan dewa-dewa, para pemuka agama kuno (Ere) selalu membunyikan Fondrahi sambil mengucapkan mantra-mantra tertentu dalam bentuk syair atau pantun (Hoho).
65
Nomor Inventaris : 03-0373
Nama / Name
Nias : Göndra
Indonesia : Gendang
English : Drum
Asal / Origin : Orahili-Ulunoyo, Nias Tengah
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
This is bitten in a big party such as wedding party, etc.
Terbuat dari batang pohon besar yang bulat yang telah dikeruk bagian dalamnya, hingga tembus sampai ke ujung sebelah. Kemudian, kedua sisinya ditutup dengan kulit kambing, diikat dengan rotan di sekeliling pinggirnya. Dipergunakan pada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb.
66
Nomor Inventaris : 03-0436
Nama / Name
Nias : Aramba
Indonesia : Gong
English : Gong
Asal / Origin : Hilimbuasi, Nias Tengah
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
This is bitten in a big party such as wedding party, etc.
Terbuat dari bahan kuningan. Dipergunakan pada saat ada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb. Tinggi 13,5 cm, tebal 0,5 cm dengan diameter 44 cm.
67
Nomor Inventaris : 03-0557
Nama / Name
Nias : Faritia
Indonesia : Canang
English : Gong
Asal / Origin : Telukdalam
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
This is bitten in a big party such as wedding party, etc.
Terbuat dari bahan kuningan. Dipergunakan pada saat ada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb. Tinggi 8,5, cm, tebal 0,4 cm dengan diameter 26 cm.
68
Nomor Inventaris : 03-2900
Nama / Name
Nias : Ndruri Mbewe
Indonesia : --
English : --
Asal / Origin : Hilizaria, Nias Tengah
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
Musical instrument
Alat musik gesek. Dibuat dari bahan logam. Panjang 15,8 cm dan lebar 2,7 cm.
69
Nomor Inventaris : 03-1448
Nama / Name
Nias : Lagia
Indonesia : --
English : --
Asal / Origin : Orahili-Ulunoyo
Keaslian / Originality : Original
Deskripsi / Description :
Musical instrument.
Alat musik gesek. Panjang 25,2 cm, Tinggi 96 cm, tebal 1,3 cm dengan diameter14,8 cm.